CPAS Hadiri Sidang Umum Kedua ACHA di Chongqing dan Kunjungi Dua Museum Kunci



 

Ketua Yayasan Pusat Studi Prasejarah dan Austronesia (CPAS – Center for Prehistory and Austronesian Studies) Prof. Dr. Truman Simanjuntak diundang untuk menghadiri Sidang Umum Kedua Alliance for Cultural Heritage in Asia (ACHA) yang berlangsung pada 26–29 November 2025 di Chongqing Yuelai International Conference Center, China. Pertemuan ini dihadiri perwakilan negara anggota dan pakar warisan budaya dari lebih dari dua puluh negara di Asia dan kawasan lain.

Di sela-sela acara resmi ACHA, Prof. Dr. Truman berkesempatan mengunjungi pameran khusus bertajuk “Origins and Expansion: the Austronesians and Maritime Civilisations” yang dibuka di Chongqing China Three Gorges Museum. Pameran ini secara resmi menjadi kegiatan pendamping Sidang Umum Kedua ACHA dan menampilkan 213 set artefak dan spesimen dari berbagai museum di Tiongkok, dengan fokus pada temuan arkeologi prasejarah dari pesisir tenggara Tiongkok yang berkaitan dengan asal-usul dan penyebaran penutur Austronesia.

 

 

Bagi CPAS, pameran ini memiliki arti strategis karena menyoroti semakin kuatnya konsensus ilmiah bahwa komunitas Austronesia berakar dari kawasan pesisir tenggara Tiongkok, khususnya Fujian dan sekitarnya, berdasarkan kajian multi-disiplin di bidang arkeologi, etnologi, genetika, dan linguistik. Penekanan pada jalur-jalur migrasi maritim menuju Asia Tenggara dan Pasifik sejalan dengan fokus riset CPAS mengenai prasejarah kepulauan dan dinamika penyebaran manusia di kawasan Austronesia.

Selain Three Gorges Museum, Prof. Truman juga mengikuti kunjungan lapangan ke Baiheliang Underwater Museum di Distrik Fuling, Chongqing. Museum bawah air pertama di Tiongkok ini dibangun untuk melindungi dan menampilkan inskripsi Baiheliang (White Crane Ridge), situs batu bertulis di Sungai Yangtze yang merekam perubahan muka air selama kurang lebih 1.200 tahun dan kini seluruhnya berada di bawah permukaan air akibat pembangunan Bendungan Tiga Ngarai.



Kunjungan ke Baiheliang memberikan kesempatan bagi CPAS untuk menyaksikan langsung bagaimana Tiongkok menggabungkan teknologi bawah air, konservasi batu bertulis, dan pengelolaan museum publik dalam satu kesatuan. Pengalaman ini penting sebagai bahan perbandingan bagi pengembangan strategi pelestarian warisan arkeologi yang rentan terhadap perubahan lingkungan di Indonesia, baik di kawasan pesisir, aliran sungai, maupun situs-situs yang berpotensi tergenang di masa depan.

Partisipasi Prof. Truman dalam Sidang Umum Kedua ACHA dan rangkaian kunjungan ke dua museum kunci di Chongqing ini menegaskan posisi CPAS sebagai mitra aktif dalam jejaring internasional pelestarian warisan budaya. Melalui forum dan kunjungan tersebut, CPAS memperkuat kerja sama dengan lembaga-lembaga warisan budaya di Asia serta membuka peluang kolaborasi baru, khususnya di bidang kajian Austronesia, warisan maritim, dan pengelolaan situs-situs berisiko tinggi terhadap perubahan iklim dan pembangunan infrastruktur besar. (Devi)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama